Gue ada satu cerita, tentang ART d rumah yang mendadak minta pulang. Mungkin hal ini biasa bagi sebagian orang. Tapi kalau gue biasa emang mencari tahu kenapa tiba – tiba dia begitu.
Setelah gue dan bibik (kebetulan si bibik itu adalah tante ipar dari si mbak ART gue) mengkorek lebih dalam, terkuak alasan bahwa ia ingin pulang adalah Sang Mertua di Kampung kebetulan dititipi sang anak yang berusia 18-19 bulan, setiap hari mengeluh karena sang cucu kerap terbangun tengah malam menangis, mertuanya mengeluh tentang hal itu ke sang mantu dan sang suami pun meminta untuk istrinya segera pulang.
Si mbak ART dilema, setengah menangis dia cerita ke gue, bahwa dia masih ingin bekerja. Karena di kampung pun ekonomi mereka sulit, pas-pasan. Pengeluaran terbesar keluar untuk kebutuhan SUSU PERTUMBUHAN anak. Penting bagi gue untuk menggaris bawahi itu. Dia cerita bahwa susu kemasan berat 1000 gram, habis dalam waktu kurang lebih 1 minggu. Anaknya sehari bisa minum 5-6 botol susu dengan takaran 200ml, lalu ia mengeluh anaknya tidak mau makan. Jelas gue bilang, gimana anaknya mau makan jika ia kenyang minum susu. Jujur gue tidak pernah mengalami riwehnya keluar uang untuk membeli susu pertumbuhan atau susu formula. Freya dan Jenna minum UHT hanya untuk selingan atau sebagai bahan tambahan makanan seperti sereal, pudding, macaroni dsbnya.
Pagi ini, dia meminta saran kembali ke gue bagaimana cara mengurangi konsumsi susu. Gue bilang ya coba kurangi frekuensi pemberian susu secara perlahan dan ganti dengan makanan lainnya. Berhubung di kampung punya kebun sendiri tentu lebih mudah mencari bahan makanan segar. Jika tidak mau makan nasi bisa di coba dengan makan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat.
BIbik sempat bertanya, apa yang membuatnya berpikir untuk memberi sang anak Susu Pertumbuhan, Apa ASInya tidak keluar atau bagaimana? Si mbak bilang, ASInya berlimpah tapi dia merasa “kurang nutrisi” sehingga memutuskan untuk memberi anak Susu Pertumbuhan. Sedangkan kandungan ASI sendiri sudah sangat bernutrisi apalagi jika ditunjang dengan Makanan GIzi Berimbang. Keputusan vang diambil olehnya malah menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.
Terlebih lagi jika ditinjau dari sisi ekonomi, ASI jauh lebih ekonomis. Uang perbulan yang di keluarkan sebesar kurang lebih 500-600 ribu rupiah jika dikalikan selama 5 tahun bisa terkumpul menjadi 30-36 juta rupiah. Bisa dialokasikan untuk biaya pendidikan anak, atau membeli tanah untuk lahan berladang/tani. Jauh lebih bermanfaat.
Semoga hal ini menjadi sebuah pembelajaran, bahwa Manusia terutama Wanita sudah diberikan karunia oleh Allah السلام Air Susu yang di produksi tubuh sendiri karena jodohnya Bayi Manusia ya Susu Ibu Manusia, bukan dari Induk Sapi.
Semoga di HUT RI Ke-74 ini , kita semua bisa #MERDEKADARISUSUPERTUMBUHAN. Hanya asupan nutrisi terbaik untuk menciptakan SDM Unggul demi kemajuan Indonesia, MERDEKA!